Setiap orang, termasuk saya memiliki sense of humor, yakni kemampuan untuk melihat segi kejenakaan dari kehidupan, tetapi tidak semua orang mampu merasakanya secara optimal dan menunjukkannya secara ekspresif. Humor bisa menyebabkan kelucuan hingga membuat kita bisa tersenyum dan tertawa. Secara fisik dan psikis, tersenyum dan tertawa membuat kondisi kita rileks, senang dan segar. Kondisi ini tentu berpengaruh besar terhadap kesehatan mental dan fisik, sehingga humor bisa kita manfaaatkan sebagai alternatif terapi yang murah dan efektif. Mengapa humor bermanfaat sebagai terapi?
Cara Menerima Kekurangan Diri
Tidak ada manusia yang sempurna, hanya ada manusia yang merasa sempurna dan ingin terlihat sempurna. Ungkapan ini begitu bermakna untuk menyadarkan kita tentang kekurangan diri. Kelebihan dan kekurangan merupakan dua sisi dalam fitrah kemanusiaan yang saling melengkapi. Namun, seringkali kita tidak dapat menerima kekurangan diri sendiri dan tidak mau memahami kekurangan orang lain. Kekurangan lebih sering diapresiasi dengan perasaan dan pikiran negatif, sehingga banyak orang yang membenci kekurangan diri dan menganggap kesempurnaan sebagai faktor mutlak untuk mencapai kebahagiaan.
Menerima kekurangan, memang tidak mudah. Bagi saya bahkan lebih mudah menuliskannya daripada menerapkannya. Akan tetapi, proses belajar itu tidak boleh berhenti karena tanpa belajar, kita tidak akan tahu dan tidak akan mampu melakukan, serta mencapai sesuatu. Belajar merupakan proses berupaya untuk dapat memahami dan menerima, termasuk belajar menerima kekurangan diri. Lalu bagaimana caranya? Saya pun masih belajar dan mencoba berbagi lewat tulisan ini.
Arti Kebersamaan dalam Segelas Beras Perelek
Kebersamaan merupakan sisi kehidupan yang unik dan penuh pembelajaran. Memberi arti untuk setiap aktivitas yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Menyentuh rasa kemanusiaan yang seringkali menguap, tersapu belenggu kakuan. Arti kebersamaan, bukan sekedar slogan, melainkan pemahaman, penerapan dan pengelolaan yang diupayakan untuk terus membudaya. Arti kebersamaan, saya temukan dalam segelas beras, menjadi tanda solidaritas dan kepedulian kaum jelata atas kelangsungan kehidupan sosial yang harmonis.
Sebuah pemikiran dan cara sederhana yang terlihat biasa, ternyata bisa memberikan dampak luar biasa bagi kita yang mau membaca kehidupan. Segelas beras mungkin tak berarti apa-apa ketika saya melihatnya sebagai benda dan tidak memahami arti di balik keberadaannya. Segelas beras yang tergantung di dinding dekat pintu rumah Ibu menyimpan cerita yang pantas direnungkan.
Continue reading “Arti Kebersamaan dalam Segelas Beras Perelek”