Iri Hati Tanda Tak Mampu?
Hati-hati dengan kondisi hati yang satu ini. Jika salah mengelola, rasa iri bisa menjadi penyakit hati. Mengganjal, menjalar, menyerap, lalu mengendap menjadi kebencian dan dengki. Kalau sudah pada tataran dengki, biasanya dengan mudah oranng akan senang mencaci maki, mudah menghakimi, dan yang paling menyeramkan menebar fitnah demi memuaskan kedengkian dan kebencianya.Naudzubillahi min dzalik.
Kebanyakan penyakit hati diawali oleh rasa iri yang tak terkendali. Ciri utama kita sudah terjangkit penyakit iri, biasanya diawali dengan rasa kesal, marah dan ingin menghancurkan jika orang lain mendapatkan kebahagiaan. Merasa puas dan senang jika orang lain mendapatkan kesusahan, bahkan tidak sedikit yang secara terang-terangan mengumbar kedengkiannya. Tak lagi peduli dengan pikiran dan perasaan orang yang jadi “target” rasa irinya. Fase ini disebut fase penyakit hati “hasud”, yang secara sederhana bisa diartikan senang melihat orang lain menderita.
Tak salah jika banyak orang mengungkapkan “sirik itu tanda tak mampu”. Ketika kita tak mampu melakukan sesuatu seperti yang orang lakukan, tak bisa mendapatkan yang orang lain dapatkan, sedangkan kita menginginkannya, di situlah rasa iri mulai tumbuh. Jika terus dijaga dan dipelihara dalam kebencian, maka akan melahirkan rasa dengki, sikap hasud dan perilaku keji. Tak mampu disini bisa diartikan sebagai tak mampu mengendalikan rasa iri itu, sehingga menjurus kepada banyak hal negatif. Apakah, rasa iri bisa dimanfaatkan secara positif?
Sejatinya, setiap hal memiliki sisi positif dan sisi negatif. Tugas kitalah untuk memilah dan memilih sisi yang terbaik, serta memanfaatkannya untuk kebaikan kita sendiri. Jika dikelola dengan kebesaran hati, rasa iri yang biasanya ada pada diri setiap manusia (tentu saja kadarnya berbeda-beda) bisa menjadi energi positif yang memotivasi orang untuk meningkatkan kemampuannya, upayanya dan kepasrahannya. Dengan kata lain, rasa iri bisa menjadi pembanding untuk lebih berintrospeksi diri. Mengukur kemampuan diri, mengakui kelebihan orang lain dan menyadari kelemahan diri secara objektif.
Lalu, apakah rasa iri bisa dobati?
Tentu bisa, asalkan punya keinginan kuat untuk memperbaiki diri dan hati. Yang namanya penyakit dalam hati, obatnya tentu ada dalam hati juga. Artinya, hati kita harus betul-betul sering men-scanning dan membersihkan hati dari berbagai virus hati yang berbahaya.Pertama, pasang alarm awareness (kesadaran), bahwa kemampuan, rezeki dan nasib seseorang ada yang lebih menentukan. Yang dimiliki orang lain, belum tentu pantas dan baik untuk kita, begitupun sebaliknya. Kedua, pasang antivirus kebesaran hati , mungkin semua yang dimiliki orang lain telah sesuai dengan optimalisasi atau maksimalisasi upaya dan do’anya dan itu yang terbaik untuknya. Kadang-kadang, sesuatu yang besar pun sedang menanti ikhtiar dan kesungguhan kita untuk mencapainya. Ketiga, sering-sering meng-upgrade perasaan dengan rasa syukur, menyuntikkan imun keikhlasan dan qonaah (menerima apa adanya dengan tetap berikhtiar untuk memperbaikinya), serta membuka cakrawala berpikir bahwa masih banyak peluang yang bisa kita manfaatkan yang mungkin tidak dimiliki orang lain. Keempat, be positive.Berbaik sangka (khusnudzan), berpikir positif dengan menjadikan rasa iri itu sebagai motivasi untuk meningkatkan kualitas diri supaya lebih baik daripada orang yang kita irikan, memunculkan potensi diri dan mengembangkannya, serta menanamkan keyakinan bahwa kita bisa kalau kita benar-benar mau dan Allah SWT menghendaki. Kelima, keep down to earth. Belajarlah untuk membumi karena kaki kita berpijak pada bumi dan di bumi banyak pembelajaran. Jangan selalu melihat ke atas, sehingga kita lupa hakikat hidup yang sebenarnya. Kalaupun kita sesekali melihat ke atas, bukan semata-mata karena kebencian dan dendam, tetapi karena menyadari bahwa di atas ada pembelajaran Yang Maha Tinggi.
Cara Menerima Kritikan
Hampir semua orang tidak ada yang senang dikritik. Kritik seringkali diinterpretasikan sebagai serangan atau ancaman. Sebuah pernyataan keras dan tajam mengenai diri dan kemampuan kita mungkin saja menyakitkan. Namun, seberat apapun kritik harus tetap dihadapi. Gimana cara menghadapinya?
Pertama, terimalah kritikan itu dengan tulus. Reaksi awal kita pasti sulit menerimanya, bersikap defensif dan melakukan pembelaan diri. Jika kita tulus menerima kritikan, respon kita tentu berbeda (saya sendiri masih sering “panas” menghadapi kritikan orang). Jika kita tulus, kita bisa merenungkan kritikan tersebut dan bila memang harus, kita bisa mengubah diri. Perlu diingat, tujuan dasar kritik bukan untuk menjatuhkan atau menghancurkan, tetapi memberikan penilaian dan pandangan yang berbeda mengenai sesuatu, menambahkan yang kurang dan memperbaiki kelemahannya. Akan tetapi caranya memang sedikit berbeda dengan menyampaikan pendapat biasa.
Kedua, dalam menghadapi kritikan, pikiran harus tetap terbuka, dan tidak mengedepankan sikap emosional. Ketegasan dan pembelaan diri tetap perlu supaya kita tidak cepat menyetujui atau menolak kritikan tersebut. Kalau perlu, mintalah pengulangan terhadap orang yang mengeritik agar kita fokus dan betul-betul paham maksud yang sebenarnya. Mintalah waktu untuk merenungkannya dengan tetap mengucapkan terima kasih atas kritikannya tersebut. Sikap legowo yang kita tunjukkan justru mencerminkan ketangguhan.
Ketiga, bersabar dan bersyukur. Kritik yang diungkapkan orang bisa saja berupa perhatian terhadap kita. Tidak sedikit orang yang mengeritik karena memang paduli dan ingin kita menjadi orang yang lebih baik. Hal inilah yang patut disyukuri.
Menuliskan memang lebih mudah daripada menjalankan, tetapi belajar melakukan yang baik tidak boleh berhenti, kan? Setajam apapun kritikan, insya Allah tidak akan membuat kita hancur.
Cara Menghadapi Stag Mandeg Blank
Stag, mandeg, blank atau apapun istilah lainnya pasti pernah dialami siapapun. Kondisi pikiran, situasi perasaan dan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari seringkali membuat kita merasa tidak bisa berbuat apa-apa alias stag. Hal ini merupakan kondisi wajar karena tidak setiap saat otak dan hati kita berada dalam kondisi prima,full of energy, dan focus.
Mandeg atau stag bisa diartikan sebagai indikasi terhentinya proses kontinuitas berpikir dan beraktivitas secara sementara (temporary). Faktor pemicunya umumnya karena lelah, baik fisik maupun psikis yang membuat seseorang merasa kehilangan semangat, kebuntuan ide atau kehilangan gairah dalam melakukan sesuatu. Kelelahan fisik karena terkurasnya tenaga untuk beraktivitas biasanya lebih cepat pulih. Jika bukan karena penyakit tertentu yang kronis, lelah bisa dipulihkan dengan istirahat, makan, minum suplemen atau berolahraga ringan. Sedangkan lelah psikis membutuhkan waktu yang lebih lama untuk kembali “fresh”. Pikiran dan perasaan memang memiliki jaringan yang cukup rumit untuk dipahami dan dianalisa, sehingga seringkali kondisi stag ini membuat kita merasa “have no idea” bahkan malas beraktivitas. Diperlukan kolaborasi yang solid antara fisik dan psikis untuk memulihkannya. Mulai dari memahami masalah yang membebani pikiran dan perasaan hingga menemukan solusi terbaik. Hal ini tentu membutuhkan konsentrasi, focus dan ketenangan suasana. Apa lagi jika kita termasuk tipe orang yang sensitif, gampang stress dan mudah menyerah pada keadaan, masalah apapun bisa saja membuat kita merasa stag, blank dan mogok beraktivitas.
Gimana cara mengatasinya?
Cara Mengatasi Sakit Hati karena Putus Cinta
Putus cinta atau putus hubungan dengan siapapun tak ada yang tak sakit. Bagi sebagian orang putus cinta bisa mengakibatkan sakit hati, luka, bahkan rasa trauma yang sulit dihilangkan. Berbagai alasan pun dipertanyakan, terutama bagi pihak yang diputuskan.
Bicara putus cinta, urusannya memang perasaan. Rasa sakit, sedih dan merasa diabaikan biasanya terasa menyempurnakan luka. Sakit hati karena putus cinta itu wajar saja, tetapi jangan sampai putus asa. Semakin larut dalam kesedihan, semakin kita terjebak dalam sakit hati yang mendalam, sehingga akan sangat sulit untuk bangkit. Namanya perasaan kalau terus diikuti, lambat laun akan mengubah pola kehidupan juga. Karena itu, sebaiknya kolaborasikan perasaan kita dengan logika dan rasio. Atasi dorongan emosional dan keinginan yang bersifat destruktif.
Continue reading “Cara Mengatasi Sakit Hati karena Putus Cinta”
Cara Mengatasi Frustrasi
Hati-hati dengan frustrasi karena bisa membunuh kreativitas diri. Mengatasi frustrasi hampir sama dengan bentuk-bentuk depresi lainnya, dibutuhkan kesabaran dan kemauan untuk bangkit memperbaiki diri, serta memahami sebab dan akibat frustrasi tersebut.
Frustrasi merupakan kondisi yang sering berhubungan dengan stres atau rasa putus asa. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh ketidaksesuaian antara asa dengan realita. Kegagalan yang terus berulang, situasi kerja dan kondisi lingkungan yang tidak nyaman, serta keinginan atau ekspektasi yang terlalu ideal bisa menimbulkan frustrasi jika tidak terpenuhi.