Cara Memberi Ketegasan dalam Mendidik Anak

Dunia anak memang dunia bermain yang penuh keceriaan dan kebebasan, karena dari permainan anak pun bisa belajar. Anak yang dibesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang dari kedua orang tua dan keluarganya akan tumbuh menjadi anak yang penyayang. Akan tetapi dalam praktiknya, ketegasan sikap dan tindakan dalam mendidik anak sangat diperlukan karena berpengaruh besar terhadap sikap dan kebiasaan anak kelak.
Ketegasan tidak identik dengan kekerasan. Ketegasan berarti sikap dan tindakan yang menerapkan kedisiplinan, dengan menegakkan aturan yang berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri. Tentu saja ketegasan itu harus proporsional, harus disesuaikan dengan tingkat usia dan perkembangan pemahamannya. Umumnya, anak-anak lebih banyak melakukan peniruan terhadap sikap dan perilaku orang-orang terdekatnya dan lingkungannya, serta lebih melihat kenyataan yang dilihatnya daripada memahami penjelasan yang mempengaruhi logikanya. Karena itu, setiap tindakan, ucapan dan sikap kita harus benar-benar menjadi teladannya.

Mendidik anak, idealnya harus sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW, yakni menerapkan pola asuh dengan penuh cinta dan kasih sayang, serta bersikap dan bertindak tegas dalam menjalankan kedisiplinan. Dalam hal ini, tidak ada salahnya orang tua mengarahkan anaknya dengan tegas kepada hal-hal tertentu yang memang baik untuk anak, seperti pembiasaan ibadah, pengaturan waktu dan cara belajar yang efektif, pengaturan waktu bermain, penyeleksian acara di televisi, dan perawatan kebersihan juga kesehatan anak. Akan tetapi, di saat yang sama kasih sayang tetap dikedepankan agar anak tidak merasa tertekan, kaku dan terlalu penurut, sehingga kreativitas berpikirnya tidak berkembang.

Lalu, apa sebenarnya poin penting dari ketegasan tersebut?

Pertama, sikap tegas orang tua sebagai orang terdekat anak memiliki fungsi dan peran besar dalam pembentukan kepribadian anak sejak kecil. Menjadi orang tua yang tegas akan lebih banyak manfaatnya kelak bagi masa depan anak daripada bersikap terlalu lembut, melakukan pembiaran dengan bersikap terserah kemauan si kecil. Ketegasan dalam memberikan dan menerapkan aturan akan membantu tumbuhnya disiplin dalam diri anak sejak kecil. Dengan tertanamnya kebiasaan disiplin yang baik, maka mental dan karakter anak secara perlahan terbentuk menjadi anak yang terbiasa dengan kedisiplinan tersebut. Kebebasan bermain dan mengekspresikan diri, bukan berarti mengabaikan faktor ketegasan dalam menerapkan aturan dan pengawasan. Jika memang aturan dilanggar atau anak membangkang, sah-sah saja kita bertindak tegas dalam memberikan hukuman. Akan tetapi hukuman itu harus bersifat efektif, tidak didasari kebencian, tidak mencederai dan tidak membuatnya mengalami trauma.
Kedua, di masa emas pertumbuhannya, pola asuh dan didikan yang diterapkan keluarga akan sangat tertanam dan bisa menjadi sebuah pembiasaan. Dalam hal ini, kita seharusnya tidak terlalu memanjakannya dan menuruti segala keinginannya, sehingga ia bisa belajar tentang arti kesulitan dan cara mengatasinya. Jika kita cermati kisah hidup atau biografi orang-orang besar, pengalaman masa kecil sangat mendukung pencapaian diri dan hidup mereka di masa depannya. Mayoritas dari mereka memiliki pengalaman disiplin di masa kecilnya. Sikap terlalu membebaskan, selalu mengikuti kemauan anak dan memanjakan anak sama saja dengan bentuk pembiaran. Hal ini akan terlihat dalam perkembangannya di masa depan, anak menjadi sulit diatur, bertindak semaunya, kurang beretiket dan membangkang karena terbiasa dengan pembiaran tadi.
Ketiga, ketegasan akan memberi peluang bagi tumbuhnya kebutuhan akan sebuah aturan, sehingga dalam dirinya tumbuh prinsip aturan dibuat untuk ditegakkan, bukan untuk dilanggar, selama aturan tersebut relevan. Dalam perkembangannya, anak akan mlebih menghargai orang tua dan keluarga sebagai penegak aturan, lebih mengerti nilai-nilai dan manfaat yang terkandung dalam sebuah aturan, serta lebih memahami bahwa hidup tanpa aturan tidak enak. Pemahaman dan kebutuhan akan aturan inilah yang berkaitan dengan kedisiplinan, manajemen diri dan kehidupannya, serta kemampuannya dalam menentukan prioritas dalm pencapaian tujuan-tujuan hidupnya kelak.
Keempat, ketegasan sangat bermanfaat dalam menempa mental dan kreativitas berpikir anak kelak dalam menjalani kehidupannya. Secara mental, anak akan lebih siap menghadapi masalah, kreatif dalam pencarian solusi, tidak mudah menyerah pada keadaan, punya sikap dan tidak selalu bergantung kepada orang lain. Berkaitan dengan ini, saya dan beberapa rekan pernah melakukan analisa dan penelitian kecil terhadap beberapa murid di sekolah menengah tempat kami berbagi ilmu berdasarkan faktor latar belakang pendidikan keluarga mereka sejak masa kecil. Anak yang dalam lingkungan keluarganya diberikan ketegasan, memang lebih disiplin, terlihat lebih siap menghadapi kesulitan-kesulitan belajar, lebih punya sikap dan tidak terbawa arus, bisa mengikuti dan mematuhi aturan, lebih santun, dan jarang mengeluh. Sedangkan anak-anak yang dalam keluarganya senantiasa mendapatkan kemudahan, orang tuanya bersikap terserah dan masa bodoh, serta tidak ada ketegasan, sikap mentalnya terlihat cukup lemah meskipun gaya berbicara dan bersikap sangat keras. Mereka cenderung tidak siap menghadapi masalah terutama kesulitan-kesulitan dalam belajar, sering menempuh cara pintas dalam menyiasati dan menyelesaikan persoalan, mengandalkan orang lain dan lebih bergantung kepada komunitasnya (kelompok bergaulnya), lebih mudah terbawa arus, serta kreativitas berfikirnya kurang terasah sekalipun kecerdasan intelektual mereka di atas rata-rata.

Keempat hal tersebut, bukan hal mutlak. Apa yang saya tulis, sebagian memang berdasarkan pengalaman pribadi dan orang-orang di lingkungan terdekat. Poin pentingnya, pendidikan keluarga sangat menentukan proses tumbuh kembang anak. Pendidikan di sekolah dan pendidikan dari lingkungan sosial merupakan faktor penunjang yang mempengaruhi perkembangan anak. Tegas bukan berarti keras atau galak, tetapi mampu menyeimbangkan antara kasih sayang dan kedisiplinan bagi anak. Mendidik merupakan proses pembelajaran, sehingga kita pun tetap harus selalu belajar dari pengalaman siapapun, dari peristiwa apapun di sekitar kita. Semoga bermanfaat.

9 Replies to “Cara Memberi Ketegasan dalam Mendidik Anak”

  1. saya mempunyai anak yg sekarang berumur lebih kurang 18 bulan.ketika umur 12 bulan saya meninggalkannya k daerah lain karena alasan pekerjaan.saya jd khawatir akan perkembangannya,karena ibunya jg bekerja.yang mendidiknya sekarang praktis kakek dan neneknya.apakah nanti ada pengaruh perkembangan anak terhadap didikan kakek neneknya bu.terima kasih atas jawabannya.

  2. setuju,
    Ketegasan memang sangat penting, apalagi pada jaman sekarang ini di mana sebuah tontonan menjadi tuntunan, seakan nggak pernah pada tahu aturan2 agama.

  3. Kalau tegas mungkin akan terkesan galak atau jahat ya buat anak, dan pada saat anak mengalami hal seperti itu maka mulai saat itu juga bisa jadi mereka sudah pandai menilai dengan umpatan misalnya, “Mama sudah tidak sayang lagi sama aku…” (buat kita itu mah biasa saja…)nah kalau sudah seperti itu kan lantas akan timbul umpatan2 yang lebih besar lagi dampaknya di kemudian hari. Akan lebih berbahaya lagi jika di masa mendatang umpatan tersebut akan di bumbuhi dengan sedikit ancaman.Misal dengan mogok makan atau tidak mau sekolah.Wah..wah…repot juga yah..?

  4. Ketika anak masih kecil yang kita tahu adalah mereka tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang kurang baik. Seumpama kertas putih anak anak seperti kertas putih, Jika ada tinta biru maka akan tercoret biru jika hitam akan tercoret hitam. Ketika orang tua membiarkan anak melakukan yang kurang baik semasa masih kecil maka anak tersebut dididik salah oleh orang tuanya. Ia akan merasa apa yang dia lakukan sudah benar karena orang tuanya membiarkannya.
    Akan berbeda ketika anak anak yang masih kecil dan belum tahu mana yang baik dan mana yang tidak baik memperoleh didikan dari orang tua dengan memberi tahukan bahwa ini salah dan ini benar.
    Tugas orang tua untuk mengajarkan hal hal termasuk benar dan salah. Sehingga pada saat anak sudah dewasa orang tua tidak perlu lagi mengarahkan ini benar atau itu salah karena sudah ditanamkan sejak dini.
    Walupun hal itu terkadang dengan kekerasan yang mendidik.

  5. Tegas perlu, apalagi anak jaman sekarang makin dewasa makin nyusut otak sma ahlaknya..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *