Hampir semua orang tidak ada yang senang dikritik. Kritik seringkali diinterpretasikan sebagai serangan atau ancaman. Sebuah pernyataan keras dan tajam mengenai diri dan kemampuan kita mungkin saja menyakitkan. Namun, seberat apapun kritik harus tetap dihadapi. Gimana cara menghadapinya?
Pertama, terimalah kritikan itu dengan tulus. Reaksi awal kita pasti sulit menerimanya, bersikap defensif dan melakukan pembelaan diri. Jika kita tulus menerima kritikan, respon kita tentu berbeda (saya sendiri masih sering “panas” menghadapi kritikan orang). Jika kita tulus, kita bisa merenungkan kritikan tersebut dan bila memang harus, kita bisa mengubah diri. Perlu diingat, tujuan dasar kritik bukan untuk menjatuhkan atau menghancurkan, tetapi memberikan penilaian dan pandangan yang berbeda mengenai sesuatu, menambahkan yang kurang dan memperbaiki kelemahannya. Akan tetapi caranya memang sedikit berbeda dengan menyampaikan pendapat biasa.
Kedua, dalam menghadapi kritikan, pikiran harus tetap terbuka, dan tidak mengedepankan sikap emosional. Ketegasan dan pembelaan diri tetap perlu supaya kita tidak cepat menyetujui atau menolak kritikan tersebut. Kalau perlu, mintalah pengulangan terhadap orang yang mengeritik agar kita fokus dan betul-betul paham maksud yang sebenarnya. Mintalah waktu untuk merenungkannya dengan tetap mengucapkan terima kasih atas kritikannya tersebut. Sikap legowo yang kita tunjukkan justru mencerminkan ketangguhan.
Ketiga, bersabar dan bersyukur. Kritik yang diungkapkan orang bisa saja berupa perhatian terhadap kita. Tidak sedikit orang yang mengeritik karena memang paduli dan ingin kita menjadi orang yang lebih baik. Hal inilah yang patut disyukuri.
Menuliskan memang lebih mudah daripada menjalankan, tetapi belajar melakukan yang baik tidak boleh berhenti, kan? Setajam apapun kritikan, insya Allah tidak akan membuat kita hancur.