Sesuatu yang besar dimulai dari yang kecil. Ungkapan seperti ini memang benar adanya. Dalam segala hal yang kita lakukan, hal-hal kecil yang sering terlupakan ada kalanya menjadi batu sandungan, penghalang atau mengurangi keberhasilan suatu tujuan. Hal yang terlihat kecil, sepele atau dianggap tidak ada artinya, justru banyak membantu, melengkapi dan menyempurnakan sesuatu.
Bagi siapapun, mengingat hal-hal kecil yang biasanya sering dilupakan cukup penting karena hal-hal kecil sebetulnya bukan tanpa manfaat. Namun, pengertian “kecil” seringkali diasumsikan tidak terlalu bermanfaat atau kurang berfungsi dan berperan dalam menentukan keberhasilan sesuatu. Karena itu, banyak orang yang tidak terlalu menyukai orang yang “men-detail” dalam berbagai hal. Tipe orang seperti ini sering dipersepsikan rumit dan ribet bahkan perfeksionis. Persepsi seperti ini tidak sepenuhnya salah karena kecenderungan orang yang men-detail memang begitu memperhatikan sesuatu sampai kepada hal-hal yang terlihat tidak begitu penting, sehingga orang yang di dekatnya sering merasa terdikte atau merasa selalu salah.
Ada beberapa hal kecil yang sering terlupakan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi cukup berarti. Pertama, mengucapkan kata tolong atau maaf ketika meminta atau menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Hal ini memang tidak mengurangi inti perintah atau permintaan. Akan tetapi, nilai kesantunan dan etika yang dikandungnya bisa membuat orang yang diminta merasa lebih nyaman dan mau melakukannya. Bagaimanapun cuek atau to the point-nya seseorang, perintah yang santun pasti akan lebih diperhatikan.
Kedua, meminta maaf ketika melakukan kesalahan-kesalahan kecil kepada siapapun. Permintaan maaf tidak akan merendahkan derajat seseorang. Dalam agama, Allah SWT menjanjikan kemuliaan bagi orang yang meminta maaf dan memaafkan terlebih dahulu. Tentu saja permintaaan maaf dan memaafkan yang tulus, bukan sekedar ucapan lisan. Yang jelas, sekecil apapun kekeliruan atau kesalahan yang kita lakukan jangan pernah dianggap sepele. Menyegerakan diri meminta maaf merupakan pertanda adanya itikad baik dalam memperbaiki hubungan dengan sesama manusia.
Ketiga,berterima kasih atas sekecil apapun bantuan orang lain. Rasa terima kasih merupakan bentuk syukur yang dapat menurunkan kesombongan dalam diri kita, terutama rasa syukur kepada Sang Pemberi Nikmat. Setidaknya, kita merasa membutuhkan pertolongan orang lain dalam hidup, sekecil apapun bentuk bantuannya; merasakan kehadiran Dzat Yang Maha Kuasa dalam pertolongan itu.
Keempat, tidak merespon pembicaraan orang lain atau bersikap meremehkan hal-hal kecil yang dilakukan orang lain meskipun tanpa sengaja dan tanpa disadari. Pembicaraan yang tidak direspon seringkali membuat orang merasa tidak dihargai. Bersikap sinis, mencela (sekalipun dalam bentuk canda), bisa saja menyakiti, terutama bagi orang-orang yang sangat perasa alias sensitif.
Kelima, menganggap biasa hal-hal yang berharga untuk orang lain, baik barang maupun orang. Seringkali kita egois dengan cara pandang kita sendiri terhadap seseorang atau sesuatu yang mungkin berarti dan berharga bagi orang lain. Sebuah kain using mungkin sangat berharga bagi seorang Ibu karena memiliki nilai kenangan, sehingga ketika dibuang oleh anaknya karena dianggap jelek dan tak pantas, Sang Ibu pun marah. Sebuah mobil-mobilan rusak atau boneka kumal mungkin sangat berharga buat si kecil, sehingga ketika dibuang oleh Ibunya, si anak menangis keras dan marah. Seorang anak bandel sekalipun, tak akan pernah menerima begitu saja ketika kedua orang tuanya dihina orang lain. Itulah harga dan arti sebuah “nilai” yang tidak selalu bisa kita ukur dan kita atur sesuai dengan cara pandang kita. So, meminta izin atau bertanya terlebih dulu, lebih baik daripada bertindak gegabah.