Hari gini buku emang masih laku? Tentu saja masih karena buku itu gudangnya ilmu, jendela dunia yang bisa membuka wawasan dan cakrawala berpikir pembacanya. Kan lebih gampang browsing lewat internet atau nonton berita di tv? Ya sama saja, tetap harus baca juga kan?
Membaca bukan sekedar factor hobi dan budaya, tetapi lebih kepada factor kemauan, kesungguhan, serta memahami manfaat dan tujuan yang hendak dicapai. Membaca juga tidak selalu berkaitan dengan buku karena sumber bacaan sejatinya tidak selalu berbentuk buku. Apalagi di zaman yang serba “instant” ini, sumber dan media bacaan sangat berlimpah.
Lalu kenapa minat baca selalu dikategorikan terus menurun?
Ada beberapa factor yang saling berkaitan. Pertama, factor percepatan dan kemudahan akses informasi dan komunikasi melalui canggihnya teknologi. Disadari atau tidak, kemajuan teknologi bisa mengubah paradigma, budaya, kearifan bahkan etika. Orang lebih senang dengan sesuatu yang terlihat “hidup” dalam konteks audio visual daripada sederet tulisan yang terkesan tak bernyawa. Lagi-lagi kemasan dianggap lebih penting daripada isinya. Kalau kemasannya menarik, pasti laku, sekalipun isinya kurang enak. Begitu anggapan yang berlaku umum, sehingga buku semakin hari semakin kurang diminati. Kedua, kurangnya kemauan untuk mengapresiasi sesuatu dalam bentuk bacaan murni, sekalipun itu berisi pengetahuan, ilmu atau informasi penting yang bermanfaat. Kemudahan dan kecepatan cenderung lebih diutamakan daripada kualitas dan keutuhan isi. Ketiga, berkaitan dengan pembiasaan dan persepsi yang sering muncul bahwa membaca itu buang-buang waktu dan butuh waktu yang nggak sedikit. Karena itu, membaca sering dikaitkan dengan faktor hobi atau budaya. Orang Jepang dikenal dengan budaya membaca yang tinggi, sehingga menjadi Negara maju dan kreatif dalam menciptakan karya teknologi.
Cara meningkatkan minat baca
Seseorang yang memang hobi membaca, bisa melahap 2-3 buku tebal dalam hitungan hari. Semua itu memang terbukti kebenarannya, tetapi yang paling penting adalah factor minat, kemauan dan kebutuhan akan membaca itu sendiri.
Hal pertama yang bisa dilakukan adalah menumbuhkan rasa butuh dan haus ilmu pengetahuan. Orang yang haus ilmu pengetahuan, pasti memiliki minat baca yang tinggi, merasa butuh dan sungguh-sungguh mencari sumber bacaan, baik dari buku, media-media online seperti blog, Koran, majalah atau literature lainnya. Kedua, memelihara dan menjaga minat baca. Ketika rasa membutuhkan sudah tumbuh, minat pun bisa mengikuti. Tentu saja tidak instant, biasanya dimulai dari bacaan yang paling disukai hingga yang paling dibutuhkan. Ketiga, menanamkan pemahaman mengenai manfaat membaca. Pemahaman mengenai manfaat dari membaca sangat penting agar persepsi bahwa membaca sekedar hobi atau budaya bisa berubah menjadi kebutuhan bahkan lifestyle. Allah SWT sudah menyurat dan menyiratkan manfaat dan keharusan membaca melalui surat Al Alaq. Perintah membaca ini sangat luas dan dalam maknanya bagi orang-orang yang senantiasa berpikir. Membaca situasi, membaca hati, membaca lingkungan, membaca zaman dan membaca ilmu pengetahuan. Jadi, belajarlah membaca dan mengapresiasi bacaan karena di situlah tersimpan kekayaan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan.