Siapa yang tak ingin punya kehidupan yang tenang? Suasana tenang baik fisik maupun psikis sangat dibutuhkan untuk menjaga kesehatan dan kestabilan emosi dan keharmonisan hubungan dengan sesama manusia.
Ketenangan memang dibutuhkan semua makhluk, terutama manusia. Siapa saja mungkin bisa mencari ketenangan suasana fisik dengan menghindari tempat-tempat yang mungkin dianggap mengganggu ketenangan. Akan tetapi, ketenangan batin sangat sulit ditetapkan sekalipun suasana fisik sudah sangat mendukung. Artinya, ketenangan diri tidak selalu bisa diukur dengan kelengkapan yang bersifat material saja. Ada factor internal yang tidak bisa ditutupi dengan tampilan fisik, yakni keluasan hati dan kelapangan hati.
Hati yang lapang akan menuntun kepada pikiran yang positif, senantiasa berprasangka baik terhadap kehendak-Nya dan sesame manusia. Hal ini bukan berarti kita tidak boleh menaruh kecurigaan atau berhati-hati, tetapi tetap berusaha menjaga hati dan pikiran untuk tidak larut dalam kecemasan dan kegelisahan.Keimanan yang akan membuat manusia kokoh dan tegar dalam keyakinannya. Ngomong mah memang gampang, realisasinya yang susah. Pernyataan ini memang betul, tapi kita harus berani memulai sesuatu yang memang benar.
Lalu gimana cara memelihara ketenangan diri?
1. Positif thinking dan tawakkal terhadap sang Pencipta
2. Menghindari kecemasan berlebihan
3. Belajar ikhlas dan memaafkan
4. Memulai sesuatu dan mengakhiri sesuatu dengan menyertakan-Nya
5. Menjaga makanan
6. Menjaga pandangan
7. Menjaga hati dari berbagai penyakit hati
Cara Mengatasi Takut Kegagalan
Dalam diri setiap manusia selalu tersisip perasaan takut, terutama rasa takut akan terjadinya hal-hal buruk. Takut gagal adalah satu dari sekian banyak rasa takut yang paling sering mendominasi pikiran dan perasaan manusia. Rasa takut akan kegagalan umumnya disebabkan oleh factor self confidence yang rendah. Merasa ragu, tidak percaya dengan kemampuan diri sendiri atau karena mencemaskan penilaian orang lain menjadi pemicu rendahnya rasa percaya diri. Inilah yang disebut conceptual blockbusting oleh James L. Adams.
Menurut para ahli, conceptual blockbusting tumbuh dan berkembang sejalan dengan konsep pemikiran yang memandang rendah diri sendiri, merasa tertekan oleh orang lain dan menumpuknya rasa cemas serta ketakutan akan kegagalan, sehingga tidak berani mencoba sesuatu yang sebetulnya ia mampu. Dorongan rasa takut gagal yang besar akan menghambat mental dan kepercayaan diri, sehingga konsep diri pun menjadi “mengambang”.
Ada beberapa caara untuk mengatasinya. Pertama, jangan terlalu serius menghadapi kegagalan. Seperti kata pepatah, kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Dari kegagalan itu, orang bisa belajar banyak tentang kekurangan dan cara memperbaikinya, sehingga banyak kasus kegagalan justru membuat seseorang berhasil. Kedua, jangan terlalu mempedulikan komentar dan penilaian orang lain. Mereka bisa saja melihat dari sisi yang berbeda. Kitalah yang paling tahu kekurangan dan kelebihan diri kita. Semua tindakan pasti menuai penilaian, tetapi berikan penilaian yang fair terhadap diri kita sendiri. Ketiga, jangan terlalu memfokuskan diri pada kemungkinan gagal. Fokuskan pada kemungkinan ketercapaian atau keberhasilan, kebahagiaan dan kepuasan yang akan kita rasakan. Peluang gagal memang selalu ada, dan kita harus mempersiapkannya. Keempat, Mengukur, memprediksi dan mempersiapkan diri untuk menghadapi konsekuensi dari kegagalan. Jika kita sanggup menghadapi dan mengantisipasinya, maka lakukan dan teruskan tindakan kita dengan penuh percaya diri.
Cara Menghilangkan Kesombongan
Keep Down to Earth, kudu tungkul ka jukut, tanggah ka sadapan, begitu kata orang Sunda. Peribahasa ini menggambarkan kebersahajaan hidup yang seharusnya dijalani setiap manusia. Belajar hidup membumi berarti belajar bersahaja dalam perkataan, sikap dan perbuatan karena kebersahajaan merupakan landasan sejati dalam mendapatkan ketenangan dan kenyamanan hidup.
Gak percaya?
Coba lihat jukut (rumput), walaupun menjadi alas, sering diinjak dan dianggap pengganggu, tetap saja tumbuh dan tumbuh lagi. Dipangkas, dicabut, dibakar dan ditaburi obat hama pun tak pernah benar-benar musnah. Ini menggambarkan mental yang kuat, serta daya juang yang tinggi. Mati seribu, tumbuh sekebun. Di lain waktu, rumput itu sangat dibutuhkan untuk mempercantik halaman atau sebuah taman. Sengaja ditanam dan dirawat karena memperindah komposisi sebuah taman atau halaman. Di banyak tempat, rumput dicari para penggembala untuk makanan ternak mereka yang herbivora. Kambing, sapi, kerbau dan kelinci, tetap membutuhkan rumput sebagai menu utama makanan sepanjang hari. Bermanfaat kan?
Sekarang kita lihat sadapan (tempat keluarnya air nira dari pohon aren atau kelapa). Walaupun berada di atas, ia terus memberikan tetes-tetes air manis sesuai batas kemampuannya. Memang tak sederas air hujan atau pancuran, tetapi air yang diturunkannya adalah air kehidupan yang bisa menghidupkan hidup para pembuat lahang (air nira) dan gula aren. Setiap pagi dan sore hari, air sadapan itu diambil, walaupun sedikit, tetap bisa memberikan rasa manis. Bahkan dalam beberapa penelitian, lahang dipercaya bisa membantu terapi penyembuhan penderita autis. Filosofi sadapan ini menggambarkan bahwa orang yang di atas seharusnya memberi kepada yang di bawah. Memberikan sesuatu yang berguna, meskipun tidak berlimpah. Mengajarkan prinsip sedekah di pagi dan sore hari. Luar biasa kan?
Inti dari kedua frase tersebut adalah agar kita belajar bersyukur, bersedekah dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Karena itu, hidup membumi bisa membuat kita tahu pijakan, tidak menyombongkan diri, berintrospeksi dan selalu berkaca kepada diri maupun sesama manusia.
Cara Menjadi Orang dengan Ketulusan Hati
Ketulusan hati merupakan tanda kebaikan seseorang yang bisa diraba dengan perasaan. Ketulusan identik dengan keikhlasan, sehingga orang yang memiliki ketulusan hati dalam memberikan bantuan tidak mengharapkan pamrih.Hati yang tulus akan bersinergi dengan pikiran positif, sehingga setiap langkah yang ditempuh terasa ringan dan lapang.
Dalam hubungan antarmanusia, ketulusan hati sangat penting karena bermanfaat bagi kelangsungan interaksi manusia. Pertama, ketulusan hati melahirkan rasa percaya. Kepercayaan merupakan modal dasar dalam membangun hubungan apapun, termasuk hubungan pribadi dan hubungan bisnis. Rasa saling percaya pula yang akan membuat sebuah hubungan bertahan lebih lama (langgeng). Kedua, timbulnya rasa percaya akan melahirkan rasa hormat yang dalam praktiknya seringkali menempati tingkatan yang lebih tinggi dan sulit dicapai. Orang-orang yang memiliki ketulusan hati bisanya memiliki pancaran aura tersendiri yang menampilkan kewibawaan, sehingga membuat ia disegani dan dihormati lebih daripada kedudukannya, kekayaannya atau keturunannya. Ketiga,ketulusan hati akan melahhirkan perhatian tulus dan empati terhadap apapun yang dialami orang lain. Perhatian menjadi pupuk bagi terbinanya sebuah hubungan, kenyamanan dalam berhubungan, serta menentukan keberlangsungan hubungan tersebut. Keempat, rasa percaya, rasa hormat dan perhatian akan menumbuhkan rasa ingin menjaga dan melindungi dari seseuatu yang dapat menghancurkannya. Orang yang tulus hatinya akan menjaga hubungan baik dengan siapa saja.
Sesuatu yang kita bagun berdasarkan ketulusan hati akan membuat kita dihargai, dihormati dan dicintai, sehingga dengan sendirinya kelapangan dan kebahagiaan akan menyertai.
Cara Mengingat Kembali Hal Kecil yang Sering Terlupakan
Sesuatu yang besar dimulai dari yang kecil. Ungkapan seperti ini memang benar adanya. Dalam segala hal yang kita lakukan, hal-hal kecil yang sering terlupakan ada kalanya menjadi batu sandungan, penghalang atau mengurangi keberhasilan suatu tujuan. Hal yang terlihat kecil, sepele atau dianggap tidak ada artinya, justru banyak membantu, melengkapi dan menyempurnakan sesuatu.
Bagi siapapun, mengingat hal-hal kecil yang biasanya sering dilupakan cukup penting karena hal-hal kecil sebetulnya bukan tanpa manfaat. Namun, pengertian “kecil” seringkali diasumsikan tidak terlalu bermanfaat atau kurang berfungsi dan berperan dalam menentukan keberhasilan sesuatu. Karena itu, banyak orang yang tidak terlalu menyukai orang yang “men-detail” dalam berbagai hal. Tipe orang seperti ini sering dipersepsikan rumit dan ribet bahkan perfeksionis. Persepsi seperti ini tidak sepenuhnya salah karena kecenderungan orang yang men-detail memang begitu memperhatikan sesuatu sampai kepada hal-hal yang terlihat tidak begitu penting, sehingga orang yang di dekatnya sering merasa terdikte atau merasa selalu salah.
Ada beberapa hal kecil yang sering terlupakan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi cukup berarti. Pertama, mengucapkan kata tolong atau maaf ketika meminta atau menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Hal ini memang tidak mengurangi inti perintah atau permintaan. Akan tetapi, nilai kesantunan dan etika yang dikandungnya bisa membuat orang yang diminta merasa lebih nyaman dan mau melakukannya. Bagaimanapun cuek atau to the point-nya seseorang, perintah yang santun pasti akan lebih diperhatikan.
Kedua, meminta maaf ketika melakukan kesalahan-kesalahan kecil kepada siapapun. Permintaan maaf tidak akan merendahkan derajat seseorang. Dalam agama, Allah SWT menjanjikan kemuliaan bagi orang yang meminta maaf dan memaafkan terlebih dahulu. Tentu saja permintaaan maaf dan memaafkan yang tulus, bukan sekedar ucapan lisan. Yang jelas, sekecil apapun kekeliruan atau kesalahan yang kita lakukan jangan pernah dianggap sepele. Menyegerakan diri meminta maaf merupakan pertanda adanya itikad baik dalam memperbaiki hubungan dengan sesama manusia.
Ketiga,berterima kasih atas sekecil apapun bantuan orang lain. Rasa terima kasih merupakan bentuk syukur yang dapat menurunkan kesombongan dalam diri kita, terutama rasa syukur kepada Sang Pemberi Nikmat. Setidaknya, kita merasa membutuhkan pertolongan orang lain dalam hidup, sekecil apapun bentuk bantuannya; merasakan kehadiran Dzat Yang Maha Kuasa dalam pertolongan itu.
Keempat, tidak merespon pembicaraan orang lain atau bersikap meremehkan hal-hal kecil yang dilakukan orang lain meskipun tanpa sengaja dan tanpa disadari. Pembicaraan yang tidak direspon seringkali membuat orang merasa tidak dihargai. Bersikap sinis, mencela (sekalipun dalam bentuk canda), bisa saja menyakiti, terutama bagi orang-orang yang sangat perasa alias sensitif.
Kelima, menganggap biasa hal-hal yang berharga untuk orang lain, baik barang maupun orang. Seringkali kita egois dengan cara pandang kita sendiri terhadap seseorang atau sesuatu yang mungkin berarti dan berharga bagi orang lain. Sebuah kain using mungkin sangat berharga bagi seorang Ibu karena memiliki nilai kenangan, sehingga ketika dibuang oleh anaknya karena dianggap jelek dan tak pantas, Sang Ibu pun marah. Sebuah mobil-mobilan rusak atau boneka kumal mungkin sangat berharga buat si kecil, sehingga ketika dibuang oleh Ibunya, si anak menangis keras dan marah. Seorang anak bandel sekalipun, tak akan pernah menerima begitu saja ketika kedua orang tuanya dihina orang lain. Itulah harga dan arti sebuah “nilai” yang tidak selalu bisa kita ukur dan kita atur sesuai dengan cara pandang kita. So, meminta izin atau bertanya terlebih dulu, lebih baik daripada bertindak gegabah.